Mahasiswa hendaknya menjadi agen of chage yaitu agen
perubahan. Agen perubahan yang seharusnya mampu menempatkan posisinya sebagai
“wakil” dari suatu tatanan sosial di masyarakat, untuk menyuarakan perubahan
apabila diperlukan. Perubahan untuk negaranya tetapi dimulai dari yg paling
sederhana dulu dengan merubah dirinya sendiri dahulu.
Namun
agaknya ada yang berubah dan bergeser dari pernyataan bahwa mahasiswa adalah
agen perubahan. Di lihat bagaimana kondisi yang ada saat ini, kenyataannya
adalah mahasiswa sekarang banyak dimanjakan oleh berbagai macam hal yang
berusaha merubah atau bahkan merusak “identitas” kemahasiswaan mereka. Keadaan
yang terjadi sekarang ini adalah seolah-olah merupakan representasi dari
mahasiswa modern yang telah beradaptasi dengan trend jaman sekarang dengan
standard yang telah “diciptakan” secara massif oleh industri-industri raksasa
ataupun perseorangan lewat brand-brand ternama mereka. Di saat semua orang,
khususnya mahasiswa terbawa arus mainstream ini, semua akan berlomba dan
berkompetisi untuk saling pamer bagaimana berpakaian yang “keren serta trendy
masa kini”, mulai dari yang berpenampilan ketat hingga menggunakan rok mini
yang sangat kurang sopan, padahal kurang lebih mengajarkan kita untuk menjadi
hedonis dan cenderung narsis, karena selalu berorientasi pada kesenangan dan
kepuasan semu, kemudian terhanyut dalam euforia pesta-pora belaka, sehingga
melupakan tugas utama mereka sebagai Mahasiswa. Melalaikan semua aturan yang
telah dibuat oleh kampusnya, larangan merokok dilingkungan kampus dihiraukan
begitu saja, mulai semuanya sendiri dengan peraturannya sendiri. Melanggar
tetapi tidak ingin dikenai sanksi, mana ada seperti itu?!
Mahasiswa
sekarang membuat ruang-ruang diskusi semakin sempit, mahasiswa semakin cuek dan
menganggap mahasiswa yang suka untuk berdiskusi adalah mahasiswa yang terlalu
serius, dan sok-sokan sebagai Intelek kacangan bahkan ada anggapan bahwa suatu
saat mereka-mereka ini pada akhirnya hanya berlomba mengejar “kursi-kursi
kehormatan”. Anggapan yang timbul beragam ini menimbulkan sikap apatis akut
dalam kalangan mahasiswa itu sendiri. Kekompakan berkurang, individualis dan
egois sangatlah tinggi. Mahasiswa sekarang bukanlah lagi menjadi Agen of Change
(Agen perubahan) akan tetapi malah menjadi individu-individu yang terseret arus
perubahan itu sendiri, tidak memiliki bekal mental yang cukup bagus dan jiwa
yang cukup kritis dalam menyampaikan pendapat atau pertanyaan dalam berdiskusi
apalagi dalam perdebatan dalam tataran intelektual.
Masih ada juga mahasiswa yang masi bertindak dengan benar
dan aktif dalam organisasi. Semua itu dari kesadaran dirinya sendiri, apakah
ingin jadi lebih baik atau tetap berdiri di zona nyaman yang tidak akan pernah
maju menjadi lebih baik dan mencoba hal-hal yang baru. Jadi kita mau jadi Agen
Perubahan Keadaan atau Agen yang Diubah Keadaan?.
Sekian.